Hai-Online.com –Tuberkulosis (TBC) telah dinyatakan sebagai penyakit menular utama di Indonesia sejak lama.
Meski menjadi masalah kesehatan serius yang dapat merugikan orang dengan TBCnya, penyakit ini belum dipandangsebagai ancaman yang memerlukan perhatian khususbagi sebagian masyarakat, termasuk anak muda.
Hasil riset Stop TB Partnership Indonesiapada Januari - Februari 2022 menunjukkan pemahaman masyarakat mengenai TBC masih terbatas.
Dari 553 responden online survey, sebanyak 28,8 persen responden menyebut TBC sebagai penyakit menular, lalu 23,3 persen menyebut TBC sebagai penyakit terkait paru-paru, sementara 7,7 persen menyebut TBC sebagai penyakit batuk dan flu.
Selanjutnya, dari 100 responden face to face survey, sebanyak 17,8 persen responden mengatakan bahwa TBC merupakan penyakit menular, 16,3 persen sebagai penyakit batuk, sementara 12 persen responden menyatakan bahwa TBC merupakan penyakit infeksi paru-paru.
Baca Juga: Basboi Perdana Bawakan Lagu Barunya ‘You’re The Best’ di Flavs Festival 2022, Rilis Akhir September!
Pemahaman masyarakat yang menjadi responden dalam jajak pendapat tersebut tak sepenuhnya keliru, tetapi juga tidak cukup memadai. Buat lo yang belum tahu, TBC merupakan penyakit infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakterimycobacterium tuberculosis. Salah satu gejala penyakit ini adalah batuk berkepanjangan.
Orang yang terserang TBC biasanya mengalami batuk selama lebih dari dua minggu. Pada beberapa kasus, batuk juga disertai darah. Gejala umum lainnya adalah nyeri dada, sesak napas, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, lelah berlebihan, serta berkeringat pada malam hari meski tidak beraktivitas fisik.
Di Indonesia, jumlah orang dengan TBCmasih tergolong tinggi.Berdasarkan"Global TB Report 2021"yang dipublikasikanOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO),terdapat824.000 estimasi kasusTBC di Indonesiasetiap tahunnya. Jumlah ini menempatkanIndonesiasebagainegara ketiga dengankasusTBC tertinggidi dunia.
Namun, seperti dikutip dariKompas.id, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa baru 49 persen dari estimasi 824.000 orang dengan TBC yang sudah ditemukan dan menjalani pengobatan. Artinya, masih ada sekitar 500.000 ribu orang dengan TBC yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan.
Untuk memutus rantai penularan dan mengeliminasi TBC, pemerintah perlu terus menggencarkan upayatracing,testing, dantreatment(3T). Pada saat yang sama, pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan juga akan sangat menentukan keberhasilan penanganan TBC.