HAI-Online.com - Ada begitu banyak kisah perjuangan perempuan yang kadang menginspirasi, kadang juga menimbulkan ngeri.
Nah, salah satu cerita traveller perempuan di jaman kuno ini bikin meringis. Dikutip HAI dari Natgeo, perempuan asal Austria pernah mengunjungi pedalaman Sumatera dan ink yang disaksikannya.
"Para tawanan perang diikat pada sebuah pohon dan dipenggal sekaligus,” tulis Ida Laura Reyer Pfeiffer dalam catatan perjalanannya di Sumatra.
Baca Juga: 7 Film Bertema Perjuangan Perempuan yang Pas Ditonton Saat Hari Kartini
“Darah mereka diawetkan untuk minum, dan kadang dibuat menjadi semacam puding yang disajikan dengan nasi.”
Siapapun yang membaca kisahnya, barangkali bakal ngilu. Namun, kisah itu belumlah selesai.
"Bagian tubuh kemudian dibagikan,” Ida melanjutkan kisahnya, "Telinga, hidung, dan telapak kaki adalah bagian milik Rajah, yang juga memiliki klaim atas bagian lain. Telapak tangan, telapak kaki, daging kepala, jantung, dan hati—yang semuanya adalah hidangan aneh—dan semua daging dipanggang dan disantap dengan garam.”
Ida tidak menyaksikan kengerian itu dengan mata kepalanya.
Dia mendapat informasi tersebut dari beberapa pejabat pribumi setingkat bupati di Muara-Sipongie—kini bagian dari Kabupaten Mandailing-Natal, Provinsi Sumatra Utara.
Para pejabat pribumi itu juga meyakinkan Ida bahwa para perempuan tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam makan malam utama.
Dia ingin berkunjung ke dataran tinggi dan berharap dapat menemui kanibal liar dari Batak tersebut.
Bagi bangsa Eropa, orang-orang Batak memang belum banyak dikenal. Atas alasan itulah Ida sangat bernafsu bertemu dengan mereka.