HAI-ONLINE.COM - Coba deh dipikir-pikir. Ngapain sih sebenernya nonton film horor di bioskop?Ibaratnya kayak ditakut-takuti, tapi kita bayar. Namun ya, tetep aja kita suka nonton. Baik sendiri, atau ramean sama teman.Disadari atau nggak, film horor atau film dengan alur menyeramkan memang memiliki daya tarik sendiri. Namun, sebenarnya mengapa kita sangat tertantang menonton film horor meski takut? Untuk menjawab pertanyaan itu, Psychology Today pernah mengulas beberapa teori yang berkembang berdasarkan hasil pengamatan para psikolog sosial. Berikut beberapa ulasannya.
Baca Juga : Momo Lu, Bocah yang Selalu Viral Saat Halloween! Lihat deh Kostum-kostumnya
1. Ingin merasakan takut
Profesor psikologi sosial dan organisasi dari Universitas Utrecht mengungkap bahwa banyak orang tertantang ingin menonton film horor karena pada dasarnya ingin merasakan perasaan takut itu sendiri. "Saat memilih sebuah hiburan, kamu sebenarnya ingin merasakan (hiburan) itu berdamapak pada diri kamu. Sebab itu, saat orang memutuskan untuk menonton film horor itu karena mereka ingin merasakan efeknya," katanya dalam sebuah wawancara dengan IGN di tahun 2013.
2. Punya tiga faktor pemikat Dalam makalah yang ditulis Glenn Walters di jurnal Media Psychology edisi 2004, ia mengungkap bahwa film horor memiliki tiga faktor pemikat. Pertama, rasa tegang yang didapat dari misteri, teror, kejutan, hingga darah kental. Kedua, relevansi yang berhubungan dengan pribadi, kebudayaan suatu tempat, dan ketakutan akan kematian. Ketiga, unrealisme yang bertentangan dengan faktor kedua dan ingin dinikmati. Kesimpulan ini didapat Walters setelah mengkaji sejumlah studi psikologi terdahulu yang dapat mendukung hipotesisnya.
3. Kita bisa mengontrol diri karena fiksi
Pada 1994, tiga orang ahli bernama Haidt, McCauley, dan Rozin membuat penelitian tentang film dokumenter yang membuat mual. Mereka meminta para responden mahasiswa untuk menonton tiga film dokumenter. Film pertama menceritakan tentang penyembelihan sapi, kedua tentang seekor monyet yang dipukul kepalanya kemudian otaknya dimakan, ketiga tentang operasi wajah. Sekitar 90 persen responden langsung berhenti menonton meski film belum rampung diputar. Sebagian besar berpendapat bahwa lebih baik mengeluarkan uang untuk menonton film horor dibanding film dokumenter tersebut. Lima tahun setelah penelitian itu, McCauley akhirnya menemukan alasan mengapa mahasiswa yang terlibat dalam studi sebelumnya lebih memilih menonton film horor. Menurut dia, itu karena film horor merupakan cerita fiksi yang dapat memberi kontrol bagi penontonnya. Maksudnya, saat menonton film horor kita tahu bahwa hal tersebut adalah fiktif dan hanya seperti menakut-nakuti.
4. Berhubungan dengan karakteristik disposisional Dalam penelitian Deirdre Johnston yang terbit pada 1995 di Human Communication Research, ia menemukan bahwa ada empat motivasi yang membuat banyak remaja suka menonton film horor atau film menyeramkan. Keempat motivasi itu dihubungkan dengan karakteristik disposisional seperti ketakutan, empati, dan mencari sensasi. "Saya menemukan empat motivasi yang berkaitan dengan respons kognitif dan afektif penonton saat menonton film horor, serta kecenderungan pemirsa untuk mengidentifikasi pelaku atau korban dalam film tersebut," katanya. Empat motivasi yang dimaksud Johnston adalah: a. Pengamat darah kental, biasanya memiliki empati rendah dan menikmati sensasi yang tinggi. Untuk cowok, hal ini berkaitan erat dengan pembunuh. b. Pengamat sensasi, biasanya memiliki empati dan penikmat sensasi yang tinggi. Johnston mengidentifikasi kelompok ini menyukai ketegangan film. c. Pengamat independen, biasanya memilih empati yang tinggi untuk korban dengan efek positif untuk mengatasi rasa takut. d. Pengamat masalah, biasanya memiliki empati tinggi untuk korban tapi dicirikan oleh efek negatif seperti rasa nggak berdaya. Sebuah artikel yang sangat bagus tentang psikologi film menakutkan oleh John Hess di situs web Filmmaker IQ menyatakan ada banyak teori tentang mengapa kita suka menonton film horor.
5. Teori katarsis Teori yang dibuat oleh psikoanalisa Sigmund Freud ini menyebut bahwa emosi yang tertahan bisa menyebabkan ledakan emosi berlebihan, maka dari itu dibutuhkan sebuah penyaluran atas emosi tersebut. Dalam hal ini, film horor atau film yang menyeramkan bisa jadi sarana untuk menyalurkan agresi tersebut.Pada dasarnya, semua teori itu mungkin nggak bisa jadi patokan untuk menyeragamkan alasan kita menonton film horor. Setiap orang memiliki alasan berbeda. Pada akhirnya kembali lagi bahwa film horor adalah hiburan menyenangkan dan menegangkan, tanpa kita memahami sepenuhnya alasan di balik menonton film tersebut.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dari "Halloween" sampai "Asih", Kenapa Kita Suka Nonton Film Horor?"