Spontan saja ketika itu ide-ide liar bermusik yang keluar dari pemikiran setiap personel Pure Saturday.
"Wah pokoknya tegang banget serasa mau sidang skripsi, karena memang materi masuk ke Mas Yockie itu sempat beberapa kali revisi. Dan kami mau sound-nya itu ada nuansa Deep Purple, ada Uriah Heep-nya, ada Barry Palmer-nya," kupas Ade.
Ide para personel Pure Saturday untuk menggaet Yockie langsung ditanggapi pemain keyboard yang besar bersama God Bless, dan Kantata Takwa tersebut.
"Sama Mas Yockie kami tinggal bilang saja mau nuansanya kayak apa. Kami sodorin dulu 'Albatross', jadi pas latihan di studio kami disuruh main satu lagu, nanti dia kasih tanda dengan membunyikan hammond-nya di bagian tertentu, terus dia bunyikan lagi synth-nya," papar Ade.
Ketika itu Yockie balik menantang Pure Saturday.
"Setelah dia merespons, dia bilang, 'Kalian mau yang mana? Yang ini sound-nya Palmer, yang ini Uriah Heep, yang ini Deep Purple'," kata Ade.
"Kami justru bingung. Gila, hebat, memang benar sound-nya seperti itu yang kami mau. Kami malah jadi bingung mau yang mana," ujar Ade.
Akhirnya, Yockie dan Pure Saturday mencapai satu kata.
"Ya di-mix akhirnya sama Mas Yockie," kata Ade.
"Dan dia semangat banget buat isi musiknya 'Albatross' sama 'The Horsemen'," timpal Iyo.
Selain kedua lagu tersebut, Pure Saturday juga menghasilkan lagu-lagu "Centennial Waltzes"; "Lighthouse"; "Musim Berakhir"; "Starlight; Utopia Dreams"; "The Air-The Empty Sky"; "Passepartout; dan To The Edge".
Artikel ini pertama kali tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenang Yockie Suryo Prayogo: Kolaborasi Rasa Sidang Skripsi"