Untuk itu, kamu jangan juga mengasosiasikan seseorang hanya suka pada salah satu love language. Tidak,one is never enough!
Pasalnya ada kemungkinan orang memiliki lebih dari satu bahasa cinta karena hal itu membuat mereka merasa lebih bahagia saat menjalani dan di dalam sebuah hubungan.
Namun yang sering menjadi pertanyaan, apakah love language dapat bertahan selamanya atau bisa berubah seiring waktu?
Nah, para ahli telah menemukan fakta bahwa love language sebenarnya dapat berubah seiring waktu tergantung kebutuhan individu.
Misalnya ketika di awal hubungan, bahasa cinta yang membuat seseorang bahagia saat sebelum ditembak adalah dengan sentuhan fisik (physical touch),seperti dapat gandengan tangan, berpelukan atau ciuman.
Tapi di kemudian hari, seperti setelah pacaran atau menikah dan tinggal bersama misalnya, hal-hal yang mungkin saja membuat si dia atau kamu bahagia adalah ketika salah satu pasangan membuatkan sarapan bersama atau memberikan sebuah hadiah kejutan di momen-momen tak terduga.
"Love Language bakal berubah saat kebutuhan dalam hubungan juga berubah. Pada tahap yang berbeda, kewajiban, tujuan dan lain sebagainya turut mengubah bahasa cinta," jelasMichael Guichet, seorang pakar hubungan dan keluarga yang berbasis di California, Amerika Serikat.
Menurutnya seperti banyak hal dalam kehidupan, bahasa cinta juga bersifat dinamis dan tidak ada yang tetap apalagi abadi selamanya.
Apalagi saat hubungan yang terjalin itu terus bertumbuh, berkembang dan semakin dalam. Seiring waktu, bukan tidak mungkin bila kebutuhan akan ekspresi cinta juga mengalami perubahan.Sementara itu pakar hubungan lainnya, Linda Bloom yang berbasis di California juga mengatakan hal serupa.
Perubahan yang terjadi pada love language seseorang bisa dipengaruhi karena adanya ekspektasi masing-masing individu pada sebuah hubungan.
Hal itu dapat membuat bahasa cinta yang utama bisa tetap konsisten, tapi kemudian ada ekspektasi lain dalam sebuah hubungan yang memunculkan bahasa-bahasa cinta lainnya yang juga dianggap memberi kebahagiaan.
Misalnya salah satu dari pasangan membutuhkan rasa nyaman dan aman, merasa dihargai serta dicintai. Tetapi tidak melupakan atau meninggalkan bahasa cinta utama yang mereka miliki sejak awal membina hubungan.
"Setiap individu berhak atas bahasa cinta yang berbeda dan membuat mereka bahagia. Karena bahasa cinta itu dinamis dan manifestasi atas kebutuhan masing-masing," jelas Linda. (*)Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Love Language Bisa Berubah Seiring Waktu? Begini Kata Pakar"