Bagaimana dengan nama Matadewa sendiri? Sepertinya agak menyinggung band kalian sebelumnya.
Wawan (W): Banyak yang bilang akan menimbulkan persaingan, tetapi tidak. Karena di dalam musik nggak ada yang namanya kompetisi, mungkin terlihat bersaing karena industrinya.Lagipula nama Matadewa sendiri mempunyai filosofi sendiri, beberapa anggota Matadewa adalah mereka yang turut membangun Dewa sejak awal. Yudha juga sering membantu Dewa pada waktu itu. Lalu untuk kalian para pelaku musik yang sudah lama, bagaimana kalian membaca musik Indonesia sekarang?
Yudha (Y): Kalo kami pribadi lebih melihat kepada kemajuan teknologi. Sekarang dengan mudahnya banyak band bermunculan.
Terlihat instan untuk kami, dan untuk pribadi masing-masing mungkin lebih mengembangkan musikalitas yang sudah ada sebelumnya.
Lalu bagaimana Matadewa berkompromi dengan situasi ini?
(W): Balik lagi ke materi. Kami mengerti bagaimana membuat sebuah karya yang idealis dan komersil.Artinya kami tetap bermusik ala kami sendiri tetapi tetap membaca bagaimana caranya masyarakat untuk menerima musik yang kami buat.
Ada lagu lama Dewa yaitu Restoe Bumi yang diaransemen dan diberi lirik baru di album Matadewa ini, apakah ini adalah sebagai salah satu senjata untuk menarik massa?
(W): Kalo dibilang untuk menarik massa sih nggak juga. Kami hanya ingin sekedar mengingatkan masyarakat aja tentang lagu ini.Lagipula notasi dan aransemennya ini kan milik Erwin, hanya liriknya saja yang kami ubah menyesuaikan karakter musiknya.
Judulnya pun diubah menjadi Nikmatilah Diriku.