Bahkan di saat pandemi, ecommerse Tokopedia mencatat penjualan makanan khas Korea di platformnya naik lebih dari 5 kali lipat.
Contoh lain, acara televisi Tokopedia ‘Waktu Indonesia Belanja’ (WIB), yang sempat melibatkan brand ambassadornya, BTS. Keterlibatan BTS membuat acara ini sangat ramai diperbincangkan di media sosial hingga menempati peringkat pertama trending topik, baik di Indonesia maupun worldwide.
Produsen mi instan lokal Mie Sedaap pun mengundang banyak sorotan ketika mengumumkan kolaborasi eksklusif dengan Siwon Choi, personel Super Junior sekaligus aktor asal Korea, sebagai brand ambassador salah satu seri produknya.
Baca Juga: Kaget Banget, Beli Helikopter di Olshop Buat Pajangan, yang Dateng Malah Asli
Selain mampu mendorong penjualan, strategi marketing seperti ini disinyalir bisa memupuk citra baik Indonesia, serta perusahaan-perusahaan dalam negeri di mata global termasuk investor dan secara tidak langsung mendorong masuknya investasi asing ke perusahaan-perusahaan Indonesia.
Terlihat dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah investor asing gencar menanamkan investasinya di Indonesia - khususnya perusahaan teknologi buatan Indonesia - walau di tengah pandemi.
Seperti Microsoft yang memberikan suntikan dana ke Bukalapak. Ada juga Google dan Temasek yang mengucurkan investasi ke Tokopedia.
Di sisi lain, Traveloka pun menerima dana dari institusi keuangan global sebesar 250 juta USD atau setara dengan lebih dari Rp3,5 triliun.
Sementara menurut Pengamat Ekonomi dan Dosen Binus University, Doddy Ariefianto, tren iklan K-Pop di Indonesia secara tidak langsung mampu mendorong daya beli masyarakat terutama di kalangan anak muda.
Apabila daya beli meningkat diikuti dengan membaiknya penjualan, maka tidak tertutup kemungkinan investasi juga akan masuk.
Investasi asing yang masuk ke Indonesia melalui perusahaan-perusahaan dalam negeri ini akhirnya akan kembali ke masyarakat Indonesia.