HAI-Online.com - Menurut penelitian yang diterbitkan sama Journal of Health Psychology pada 2017 lalu, orang yang aktif secara fisik cenderung nggak suka menghabiskan waktunya untuk berpikir seperti yang sering dilakukan sama mereka yang suka memecahkan persoalan atau mendalami sebuah gagasan.
Para peneliti ini memperhatikan aktivitas fisik dari 60 mahasiswa S1 di Amerika Serikat. Mereka membaginya ke dalam beberapa kelompok. Ada mahasiswa yang memiliki kebutuhan kognitif (NFC) tinggi, dan mereka yang kebutuhan koginisinya rendah.
Kata Todd McElroy, profesor bidang kajian psikologi di Florida Gulf Coast University sekaligus penulis penelitian ini bilang kalo mahasiswa yang suka mengotak-atik teka-teki rumit termasuk mahasiswa yang punya NFC tinggi. Sedangkan mereka yang lebih suka ngerjain hal yang membosankan dan rutin, adalah mahasiswa yang punya NFC rendah.
Dilansir dari Broadly dan Vice, penelitian dilakukan selama seminggu. Subjek penelitian dipasangin software gitu yang bisa mengukur pergerakan mereka setiap 30 detik.
"Penelitian ini menghasilkan 20.000 poin data dari tiap orang," kata McElroy.
Dan ketika hasilnya udah ada, level aktivitas antara kedua grup punya perbedaan yang cukup jauh. Kelompok yang punya NFC rendah ternyata lebih sering bergerak setiap hari selama seminggu daripada kelompok yang punya NFC tinggi. Namun, data keseluruhan yang dikumpulkan selama akhir minggu nggak punya perbedaan yang cukup signifikan.
Kalau lo ngeh, mungkin hasil penelitian ini cukup mirip ya dengan stereotipe "olahragawan bodoh" dan "kutu buku lemah fisiknya", hehehe. Tapi sebenernya nggak gitu juga kok, sob. Karena hubungan aktivitas fisik dan kognitif nggak sesederhana itu.
Baca Juga : Orang yang Suka Begadang Cenderung Lebih Cerdas. Kata Penelitian, Sih, Gitu
Melansir dari The Independent, kebutuhan kognisi nggak bisa jadi ukuran kecerdasan seseorang. Orang dengan NFC yang rendah, bisa aja menikmati kehidupan yang kontemplatif dan berbagai tantangan kognitif. Begitu pun sebaliknya, orang yang punya IQ tinggi malah sama sekali nggak suka berpikir keras.
Menurut McElroy, motivasi juga punya peranan dalam aktivitas fisik seseorang. Misalnya aja orang lebih suka melakukan kegiatan fisik karena nggak suka pekerjaan mental yang berat.
Terlepas dari sedikit membingungkannya konklusi dari hasil penelitian ini, tapi sebenernya berguna juga kok. Seenggaknya untuk menghapus stigma aktivitas malas-malasan yang sering dipandang jelek sama masyarakat.
Kalau kata McElroy tuh, lo cuman keliatan males atau lagi males-malesan aja. Lo nggak bodoh, bisa aja lo sedang sibuk mikirin sesuatu makanya keliatan kayak lagi nggak ngapa-ngapain, hehehe.
Satu yang perlu diingat, ada konsekuensi buruh juga dari hidup yang dihabiskan penuh kemalasan. Selama lo sadar akan risiko tersebut dan memutuskan untuk menghentikannya untuk kemudian bergerak atau mengimplementasikan hasil mikir selama malas-malasan itu, nggak masalah deh. (*)