HAI-Online.com - Nggak banyak lho mantan Ketua OSIS bisa eksis menjadi seorang musisi. Kunto Aji adalah sebuah kelangkaan tersendiri.
Waktu jadi ketua OSIS SMAN 9 Yogyakarta, Kunto Aji Wibisono ikut aktif mengurusi gelaran pensi, sekarang ia malah rutin mengisi acara-acara pensi di sekolah yang berbeda.
Nah, jadi ketua OSIS itu emang berat, namun Kunto Aji mengaku kalo menjadi alumni ajang pencarian bakat itu lebih berat lagi.
Baca Juga: Rancang Rencana 2020, Kunto Aji Bakal Gelar Tur Mantra Mantra Live
“Berat jadi lulusan ajang pencarian bakat untuk terjun ke industri musik,” kenang Kunto Aji saat ikut berbagi di ruang Kita Bisa Apa dalam acara Indonesia Butuh Anak Muda (IBAM) di Ciputra ArtPreneur, Jakarta pada Rabu (19/2/2020).
Pada catatan HAI tahun 2015, cowok 33 tahun ini juga pernah bilang hal serupa. Menjadi solois selepas dari Indonesian Idol itu butuh usaha keras, termasuk usaha ‘kabur’ dari kontrak.
Jadi, selepas Indonesian Idol 2008 dan finish di posisi empat (Aji menyebut juara harapan 1.red), cowok berkacamata ini cuma punya dua pilihan.
Pertama, menjalani hidup di Ibukota yang notabene adalah pusat industri musik, tapi benar-benar memulainya dari nol. Atau kembali ke kota asalnya, Yogyakarta, nunggu wisuda dan nerusin bisnis kecil-kecilan yang sudah dijalaninya sejak jaman kuliah.
Sama-sama belum ngasih kejelasan, akhirnya Aji memilih yang pertama. Menurut pikirannya saat itu, kesempatan berkarya bakal lebih terbuka di Jakarta.
Terjerat Manajemen, Belajar Bikin Manajemen
“Emang gue waktu itu masih nol banget dan nggak tahu apa-apa. Ke Jakarta pun jarang. Gue (waktu itu) masuk ke Jakarta, tiba-tiba masuk industri pusatnya. Yaudah, sejak saat itu gue memutuskan untuk, ’oke, gue mau belajar’,” katanya pada saat itu ia niatnya cuma inginn berkarya.
Meski ikut Idol karena didaftarkan oleh seorang kawan, Aji bukannya tanpa bayangan soal prospek hidup ke depan. Kehidupan paska-idol sudah terbayang olehnya sejak peserta tinggal tersisa 100 orang.
Tanpa direncanakan dan disengaja, saat di tahap itu cowok kribo ini sudah membayangkan seperti apa rasanya finish di posisi keempat.
“Gue sempet berpikir, posisi berapa sih yang paling enak untuk di (akhir) ajang ini? Pada saat itu, posisi yang diambil oleh manajemen adalah posisi satu, dua, dan tiga. Tiga besar lah. Berarti posisi yang paling menguntungkan dengan exposure paling lama (di TV) tapi nggak masuk manajemen, berarti posisi empat, ya?” kenang Aji mengejar target itu.
“Kenyataannya, yang diambil manajemen justru juara satu, dua, posisi empat dan sembilan. Posisi tiga malah nggak. Jadi mereka mengambil itu berdasarkan demand job,” jelasnya lagi ternyata Kunto Aji termasuk yang banyak permintaan manggung.
“Lumayan banyak, akhirnya gue yang ikut dikontrak lah. Hahaha,” katanya sambil ngakak hadapi kenyataan.
Dengan prediksi meleset itu mau nggak mau Kunto Ajin semakin masuk ke industri hiburan dengan bantuan manajemen. Kontrak empat tahun dilakoninya namun tanpa label.
Alhasil semua bidang kerjaan seorang entertainer (nggak hanyamusisi) praktis ditawarkan ke cowok berdarah Yogya-Padang ini.
Baca Juga: Minta Uang Pake Pistol Mainan, Bocah Ini Ditangkap Polisi karena Takuti Pengendara
Mulai dari menjadi host sebuah program musik di salah satu TV swasta, ikut tampil menjadi salah satu pemain di film komedi Senggol Bacok bersama aktor Ringgo Agus Rahman, sampai turut mendirikan grup vokal bernama Boys II Boys, semua sempat dilakoni.
“Pada saat itu gue cobain aja semua sekalian, biar gue tahu. Di industri hiburan gue nggak bisa seperti katak dalam tempurung. Gue harus punya network yang luas. Yang gue hadapin ini industiy yang seperti apa? Orang-orang yang seperti apa sih? Mereka itu jauh berbeda dari lingkungan gue di Jogja dulu,” ungkap cowok pengagum Erlen Oye dari Kings Of Convenience ini.
Kembali ke Mimpi Awal
Lepas dari Boys II Boys yang ternyata (juga) meleset dari harapannya, Aji memutuskan untuk melanjutkan kariernya sebagai penyanyi solo.
Yap, di Boys II Boys, Aji yang mulai menemukan pola karier dalam bermusik, belakangan malah harus cabut karena grup ini mulai diminta untuk seperti boyband kebanyakan yang ketika itu memang sedang in.
“Bukan seperti diatur banget sih, cuma waktu itu kami disuruh untuk nge-dance di salah satu acara TV swasta. Padahal kan ini jauh banget dari konsep Boys II Boys yang dasarnya adalah vokal grup. Referensi kami kayak Pentatonix lah. Akhirnya hari itu juga gue langsung cabut,” ungkap Aji.
Paska cabut dari Boys II Boys itulah, Aji mengingat kembali mimpi awalnya untuk menjadi seorang solis. Dengan menarik diri sejenak dari industri musik, Aji sempat menarik diri dan mengevaluasi apa-apa aja yang udah dia lakukan dalam beberapa tahun terakhir.
“Setelah yang Boys II Boys, kayaknya di industri hiburan gue mesti... bukan nyerah sih. Tapi kayak punya feeling,’ini timing nya belum tepat deh. Kayaknya ini bukan waktunya gue, gue jangan keluar sekarang deh!’ Seperti mundur sebentar untuk berpikir, gue mau ngapain,” jelasnya.
“Pada akhirnya gue kembali lagi, oke gue harus buktiin omongan gue dulu, menjalani karier di musik sebagai seorang solis,” sambungnya lagi.
Berbekal lagu-lagu yang ia simpan sejak lama, Aji memutuskan balik lagi menjadi seorang penyanyi solo.
Memang lagu-lagu yang dimiliki Aji terpecah menjadi beberapa potongan. Nggak semuanya berupa lagu utuh. Seperti Terlalu Lama Sendiri misalnya, yang dibikin satu dekade lalu, hanya berupa potongan reff.
Pada akhirnya Terlalu Lama Sendiri pun menjadi cetak biru musik Aji untuk membuat album debutnya.
Dia menjelaskan musik yang ia mainkan tetap berada di ranah pop namun dengan pengaruh-pengaruh dari genre lain. “Susah dijelasin sih, karena itu berhubungan dengan mood gue,” ujarnya.
Pada akhirnya,berbekal lagu-lagu stok lama dan tim baru yang minim, Aji benar-benar kembali sebagai seorang solis.
Meski harus jalan sendiri tanpa bantuan manajemen besar, Aji nggak mengganggap itu sebagai beban. Malah dengan berjalan sendiri seperti ini, prediksinya yang sempat meleset tentang finish di posisi keempat di ajang pencarian bakat, baru aja mulai dijalaninya saat ini.
Nggak jadi soal, apa yang akan dimulainya barusan, seperti mengulang kembali ke titik awal mula lulus dari ajang pencarian bakat.
“Ajang pencarian bakat itu membuka pintu untuk talent-talent yang selama ini nggak punya wadah, jadi terekspos. Harus disadari bahwa ajang ini hanya membukakan pintu. Untuk tanggung jawab selanjutnya biar bisa survive ya diri lo sendiri. Seperti yang gue jalani ini,” tutup Aji. (*)